Tidak Perlu Takut Ujian Nasional

Minggu, 13 Maret 2011
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta siswa tidak takut menghadapi Ujian Nasional (UN) yang tetap dilaksanakan oleh pemerintah pada Maret 2010.
“UN itu bukan hantu, bukan momok, bukan apa-apa,” ujar Presiden kepada para murid ketika mengunjungi SMP Negeri 2 Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis.


Presiden mengatakan, UN hanya ukuran untuk mengetahui apakah siswa setelah menempuh pendidikan tiga tahun di tingkat SMP atau SMA dan enam tahun SD menguasai materi yang diajarkan.

UN juga digunakan untuk mengukur kesiapan siswa menghadapi pendidikan lebih tinggi. “Kalau tidak ada ukuran tidak mungkin. Semua yang pernah sekolah juga pernah menjalani UN,” ujarnya.
Apabila ada satu dari sepuluh siswa yang tidak lulus UN, jelas Presiden, bisa jadi siswa itu yang bermasalah sehingga belum tentu sistem ujiannya yang tidak baik.
Presiden lalu berjanji bahwa Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama akan menyiapkan seluruh sekolah di Indonesia untuk siap menghadapi UN.
“Pemerintah berketetapan karena tujuannya sangat baik, sambil dengarkan pendapat rakyat, putusan MA, dengarkan DPR, pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan, persiapan, agar ketika UN dilaksanakan Insya Allah anak-anak kita bisa mengerjakan dengan baik dan banyak yang lulus,” kata Presiden.
Saat kunjungan ke SMP Negeri 2 Labuan, Pandeglang, Presiden sempat memberikan soal-soal dari buku uji coba UN untuk tingkat SMP. Di salah satu kelas, Presiden memprotes soal ujian UN Bahasa Inggris yang menurutnya teralu sulit untuk murid SMP.
“Saya mewakili murid-murid untuk SMP, Bahasa Inggrisnya menurut saya, soalnya terlalu sulit. Kalau seandainya menurut kalian soal-soal ini sulit, maka saya minta Pak Nuh (Mendiknas) agar ini dianalisa,” demikian Presiden.
Soal UN Bahasa Inggris Susah
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui soal ujian Bahasa Inggris untuk anak SMP terlalu susah. Penilaian ini berdasarkan soal-soal latihan Bahasa Inggris yang dibaca SBY pada saat mengunjungi SMP Negeri 2 Labuan, Pandeglang-Banten.

Pada saat itu SBY tengah mendikte soal Bahasa Ingrris kepada siswa kelas 9 (3 SMP), setelah itu dia menyadari bahwa soal ujian Bahasa Inggris terlalu sulit bagi anak SMP. SBY lalu menanyakan kepada Mendiknas M Nuh apakah soal-soal Bahasa Inggris terlalu sulit.
“Saya menilai ini agak sulit, ini masukan, saya pro murid jangan terlalu sulit,” kata SBY di depan siswa SMP Negeri 2 Labuhan, Pandeglang-Banten Kamis 28 Januari 2010.
Selain ujian Bahasa Inggris, SBY juga mengajarkan Bahasa Indonesia dan Matematika. Dalam soal Matematika, SBY memberikan soal sendiri dengan bercerita perbedaan suhu pada saat dirinya ke luar negeri.
“Anak-anak pernah datang ke kota suhunya dingin sekali? Bulan Desember Pak SBY dan Ibu Negara dan rombongan datang ke Eropa. Sampai Brussel suhunya 0 derajat, Paris minus 1 derajat celcius, Berlin minus 3 derajat celcius, setelah Denmark juga sama, tiba di tanah air suhunya kembali 30 derajat, berapa perbedaan suhunya?” tanya SBY.
Dalam kelas Matematika itu SBY juga mengajar dengan menulis soal di papan tulis “Jika 4x-5 = x+13, berapa x?” Dua murid
berhasil menjawab soal dengan jawaban 8, namun ketika disuruh untuk maju ke depan untuk merinci jawabannya, kedua murid itu tak bisa.

Lalu SBY menjelaskan dengan cara layaknya guru matematika sehingga menghasilkan angka 8. “Mungkin karena ada SBY jadi grogi, padahal bisa,” kata SBY.

0 komentar:

Posting Komentar